Jumat, 24 Agustus 2018

GURU PASSION FOR KNOWLEDGE

 “Jika kau berhasil menunjuki satu orang ke jalan kebajikan, 
maka itu lebih baik bagimu daripada onta merah”.
(Hadits)
Seorang guru berseloroh, saya tersesat di jalan yang benar dengan menjadi guru. Rupanya ketika lulus SLTA gurunya menyarankan dia masuk politeknik, sejak kelas dua SLTA dia berkeinginan kuliah di fakultas dakwah, last minute ketika mengisi formulir pendaftaran yang dipilih tarbiyah-syariah-ushuludin. Dia diterima di fakultas tarbiyah. Kejadian ini bukan satu-satunya di dunia, banyak kisah yang tak terungkap, tetapi kesesatan ini tak boleh menyesatkan peserta didik.
Peserta didik ibarat pasien, pendidik sebagai dokter. Pendidik tidak boleh salah mendiagnosa peserta didik apalagi sampai terjadi maalpraktik. Jika hal ini terjadi akibatnya fatal, karena peserta didik adalah aset peradaban masa depan. Guru harus mau dan mampu membantu peserta didik memiliki karakter yang kuat, hingga kelak berkemampuan memikul tanggung jawab sebagai asset peradaban.
Karakter merupakan ciri khas yang melekat pada kepribadian seseorang dan tercermin dalam sikap, perilaku, dan cara merespon stimulus-pengaruh dari luar. Semakin kuat karakter seseorang, semakin rendah tingkat responnya terhadap stimulus. Semakin lemah karakter seseorang, semakin tinggi responnya terhadap stimulus. Karakter berarti: apa yang tetap orang lakukan walau tidak ada yang sudi memperhitungkan; apa yang membuat orang tetap tegar ketika orang lain tidak ada yang menghargai; apa yang membuat orang tetap bahagia saat orang lain tidak ada yang mendukung; dan apa yang tetap orang percayai saat seseorang melakukan kesalahan.
Bagaimana strateginya agar peserta didik bisa tumbuh dengan karakter kuat? Peserta didik harus difasilitasi dan didukung sistem persekolahan yang bagus, dengan pendidikan bermakna. Pendidikan bermakna ditandai empat sikap para guru yang memperagakan passion for knowledge; learn, share, formulate, dan practice.
Learn, para guru yang senantiasa berkeinginan kuat mempelajari pengetahuan baru. Bahkan lebih dari sekedar learn. Jika learn sebagai upaya mengumpulkan dan mengkontruksi informasi baru, guru harus mampu melakukan unlearn (dekontruksi) serta relearn (rekontruksi). Ilmu senantiasa berkembang, learn merupakan upaya menerima informasi baru, unlearn adalah sikap legowo melepaskan pengetahuan yang telah tergantikan oleh realitas ilmu yang lebih baru, dan relearn adalah memperbaiki pengetahuan yang salah, meningkatkan keterampilan yang kurang, meluruskan pemahaman yang keliru, mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih dekat dengan kebenaran.
Share, selalu memperkaya diri dan sesama dengan saling berbagi pengetahuan. Kenyataan membuktikan alam takambang adalah sumber belajar yang kompleks. Guru bukan mahluk yang tahu segalanya dan bukan satu-satunya sumber belajar. Bahkan sering beberapa hal guru perlu jujur mendapatkan informasi baru dari peserta didik, dalam situasi ini guru sebagai manusia dewasa berperan memberikan pertimbangan agar informasi baru membawa maslahat. Saling berbagi pengetahuan memungkinkan guru menjadi manusia dewasa yang makin arif bijaksana. Jangan pernah menjadi seperti orang yang berpaham, beri informasi sedikit untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, ini bukan karakter guru.
Formulate, berani memformulasikan konsep dan pemikiran baru. Di tengah kelesuan penelitian guru, dengan beragam alasan, masih ada guru-guru yang tekun mengadakan penelitian. Ada kajian pustaka, penelitian tindakan, bahkan ada penelitian survei. Dari hasil penelitian yang dipublikasikan, guru dapat membaca dan mendapatkan konsep dan pemikiran baru. Kemampuan analisis guru memungkinkan memilah dan memilih konsep dan pemikiran baru yang relevan dengan lingkungannya serta memformulasikan menjadi sebuah ilmu yang membawa manfaat untuk diri dan peserta didik. Hal tersebut dibutuhkan kemauan yang kuat untuk mengalahkan nafsu yang ingin standby di zona nyaman, serta harapan besar terjadinya sebuah perubahan yang berarti.
Practice, mampu mengaitkan pengetahuan yang diajarkan dengan kebutuhan hidup sehari-hari peserta didik. Ini bukan sesuatu yang mudah, tapi suatu keniscayaan. Rasulullah pernah berpesan didiklah anakmu dengan sesuatu yang berbeda dengan zamanmu. Kesadaran ini akan mengantarkan guru berpikir bahkan merenung tentang hal terbaik apa yang akan diwariskan kepada peserta didik melalui pengembangan kompetensi peserta didik-pendidikan. Kadang kala guru perlu berpikir bahwa inspirasi bagi peserta didik jauh lebih berharga dari sekedar materi ajar, artinya pencapaian materi ajar perlu disertai inspirasi yang menyampaikan pemahaman peserta didik tentang nilai-nilai praktis bagi aktifitas hidup sehari-hari.
Akhirnya, walau berawal dari tersesat di jalan yang benar, profesi guru memerlukan kesungguhan guru menjadi guru pembelajar yang memperagakan passion for knowledge, untuk terlahirnya peserta didik yang memiliki karakter yang kuat.